Mengenal Latrophobia, Ketakutan Berlebihan Terhadap Dokter

Latrophobia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap dokter atau praktisi medis. Ketakutan ini bisa muncul ketika seseorang harus menjalani pemeriksaan medis, pergi ke rumah sakit, atau bahkan hanya berpikir tentang kunjungan ke dokter.

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa takut pergi ke dokter adalah hal yang wajar atau mungkin hanya sedikit kecemasan yang lumrah. Namun, bagi mereka yang menderita latrophobia, ketakutan ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka dan bahkan menghambat mereka untuk mencari perawatan medis yang diperlukan.

Beberapa gejala yang sering terjadi pada orang dengan latrophobia antara lain:

1. Ketegangan saraf: Mereka mungkin merasa tegang, gelisah, atau bahkan mengalami serangan panik hanya dengan berpikir tentang kunjungan ke dokter.

2. Gejala fisik: Mereka dapat mengalami gejala seperti jantung berdebar, sesak napas, gemetar, berkeringat, atau bahkan pingsan.

3. Menghindari: Mereka cenderung menghindari kunjungan ke dokter atau berusaha untuk menunda perawatan medis yang diperlukan.

Penyebab dari latrophobia tidaklah jelas dan dapat bervariasi dari individu ke individu. Namun, beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi adalah pengalaman traumatis yang berhubungan dengan dokter atau perawatan medis sebelumnya, atau adanya rasa takut terhadap diagnosis yang buruk.

Penting untuk diingat bahwa latrophobia bukanlah sesuatu yang mudah bagi seseorang untuk mengatasi. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mengatasi ketakutan ini:

1. Cari dukungan: Berbicaralah dengan orang-orang terdekat tentang ketakutan Anda. Merasa didukung dan dipahami dapat membantu mengurangi kecemasan dan menghadapi ketakutan tersebut.

2. Konsultasi dengan psikolog: Bekerjasama dengan psikolog atau terapis dapat membantu Anda mengidentifikasi penyebab ketakutan Anda dan belajar cara mengatasi atau mengurangi gejala-gejalanya.

3. Terapi perilaku kognitif: Ini adalah jenis terapi yang membantu merubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat terkait dengan phobia. Terapi ini juga dapat membantu seseorang menghadapi ketakutannya secara bertahap melalui langkah-langkah kecil.

4. Desensitisasi sistematis: Ini adalah teknik yang melibatkan memperkenalkan orang dengan ketakutannya secara bertahap dalam situasi yang dikendalikan dan aman. Ini dapat membantu seseorang terbiasa dengan ketakutannya dan mengurangi gejala yang muncul.

5. Bersikap terbuka dan jujur dengan dokter: Berbicara terbuka dan jujur dengan dokter Anda tentang ketakutan Anda dapat membantu mereka memahami dan mengakomodasi kebutuhan Anda. Dokter juga dapat memberikan informasi dan membantu Anda melalui kunjungan atau prosedur medis.

Jika Anda mengalami latrophobia, penting untuk ingat bahwa Anda tidak sendirian dan bahwa ada bantuan yang tersedia. Tidak perlu menunda perawatan medis yang penting karena takut. Dukungan dari orang-orang terdekat dan profesional medis dapat membantu Anda mengatasi ketakutan ini dan memperoleh perawatan yang Anda butuhkan.

 

Referensi:

Cleveland Clinic. Diakses 2022. Iatrophobia (Fear of Doctors)

Webmd. Diakses 2022. Beyond ‘White Coat Syndrome’

Verywell Mind. Diakses 2022. Understanding Iatrophobia or Fear of Doctors

Diare

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup sering dialami oleh masyarakat, ini terjadi ketika Anda lebih sering buang air besar dan tinja yang encer.

Masalah pencernaan ini cukup mengganggu aktivitas harian karena ketika diare seseorang akan lebih sering menghabiskan waktu di kamar mandi dan istirahat.

Diare dapat terjadi secara ringan atau berat, ini tergantung dari pemicunya dan seberapa cepat penanganan didapatkan. Beberapa orang juga lebih rentan mengalami diare, seperti anak – anak dan orang yang tinggal di lingkungan yang kurang bersih.

Penyebab

Diketahui penyebab diare diakibatkan oleh banyak hal, diantaranya karena infeksi bakteri, virus hingga parasit. Bakteri biasanya berasal dari makanan dan minuman yang tercemar.

Beberapa jenis bakteri penyebab diare seperti Salmonella, campylobacter, shigella dan Escherichia Coli. Sedangkan virus yang paling umum menjadi penyebab diare akut yaitu norovirus dan rotavirus.

Tak hanya itu, adanya masalah pencernaan juga bisa menyebabkan diare, contohnya seperti intoleransi makanan terhadap laktosa. Selanjutnya, diare juga dapat diakibatkan oleh keracunan makanan.

Gejala

Orang yang mengalami diare umumnya akan merasakan kram dan nyeri perut, tinja encer dan buang air besar yang lebih sering daripada biasanya. Hal ini bisa terjadi selama beberapa hari, tergantung tingkat keparahan diare.

Bagi Anda yang penyebab diare karena bakteri, kemungkinan akan mengalami demam, menggigil hingga tinja berdarah.

Diketahui bahwa diare akut biasanya lebih ringan, ini terjadi hanya selama 1 hingga 2 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya.

Sedangkan diare kronis biasanya akan berlangsung lebih lama dan disertai dengan gejala yang lebih berat. Ini juga membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan medis.

Diare kronis biasanya berlangsung selama seminggu bahkan lebih, ketika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat, ini akan menimbulkan komplikasi kesehatan lain.

Pengobatan

Diare yang ringan umumnya tidak membutuhkan pengobatan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun diare yang lebih serius membutuhkan cairan dan elektrolit yang hilang.

Anda bisa mengkonsumsi air mineral, jus buah, minuman untuk olahraga hingga kaldu atau sup. Sedangkan anak – anak biasanya akan diberikan larutan rehidrasi oral supaya cairan dan elektrolit yang hilang dapat tergantikan.

Selanjutnya Anda bisa mencoba untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalium seperti pisang dan kentang.

Pencegahan

Banyaknya hal bisa menjadi penyebab diare, maka Anda perlu untuk menjaga asupan makanan dan minuman setiap hari. Pastikan Anda makan dan minum di tempat yang bersih dan bebas kontaminasi bakteri.

Perhatikan dan miliki sistem sanitasi yang baik, seperti air limbah atau air pembuangan rumah tangga. Sanitasi yang buruk dapat mencemari makanan atau air minum. Pilihan terbaiknya Anda bisa mengkonsumsi air kemasan, sehingga kebersihannya dapat terjamin.

Selanjutnya selalu jaga kebersihan dengan baik, pastikan cuci tangan sebelum dan setelah makan. Hindari mengkonsumsi buah dan sayur yang tidak dicuci terlebih dahulu.

Sahabat Medisqu, ketika diare tidak segera ditangani maka ini dapat menyebabkan komplikasi, misalnya seperti dehidrasi. Dehidrasi juga cukup berbahaya bagi kesehatan, terlebih bagi anak – anak dan orang lanjut usia dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

 

Referensi :

  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/158634#prevention
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diarrhea/symptoms-causes/syc-20352241

 

 

Kista Periapikal

Ada berbagai macam masalah gigi dan mulut yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, mulai dari masalah ringan hingga masalah yang berat dan berbahaya.

Kista periapikal merupakan salah satu masalah gigi yang cukup serius, ini terjadi ketika timbul benjolan yang berisi kantung cairan. 75% kista yang timbul di mulut merupakan jenis kista periapikal ini, sehingga angkanya cukup tinggi dibanding jenis kista lainnya. Untuk mengetahui adanya kista ini, dokter umumnya akan melakukan pencitraan radiografi.

Kista periapikal memiliki bentuk bulat, pir, unilokular yang berada di daerah periapikal. Ukurannya juga biasanya tidak besar, yaitu kurang dari 1cm. Kista ini termasuk kedalam jneis kista odontogenik, yaitu kista yang disebabkan oleh gigi.

Diketahui juga bahwa kista ini lebih banyak menyerang orang dengan usia dewasa hingga orang dengan lanjut usia. Sehingga anak – anak atau remaja sangat jarang mengembangkan penyakit ini.

Penyebab Kista Periapikal

Kista ini terbentuk dari sel epitel yang berkembang biak selama radang gigi dengan pulpa yang terinfeksi dan akibat radang gusi yang parah dan tidak segera mendapat penanganan.

Intinya, penyebab dari kista periapikal ini terjadi ketika adanya infeksi dan gigi berlubang (karies) yang tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan sesuai.

Jenis Kista Periapikal

Kista periapikal memiliki 2 jenis, diantaranya :

1. Kista True Periapikal

Kista true periapikal merupakan kista yang dikelilingi oleh jaringan epitel. Ini biasanya dapat terjadi di bagian tubuh mana saja.

2. Kista Pseudo Periapikal

Sedangkan kista pseudo periapikal merupakan kista yang tidak dikelilingi oleh jaringan epitel.

Gejala

Umumnya orang yang memiliki kista periapikal tidak merasakan gejala tertentu, hingga dokter melakukan penyinaran barulah diketahui bahwa Anda memiliki kista periapikal.

Namun jika kista Anda terinfeksi dan semakin parah, perlahan – lahan Anda merasakan sakit dan terjadi perubahan warna pada gigi. Selain itu, sekitar area kista juga akan membengkak seiring berjalannya waktu.

Pengobatan

Pengobatan terhadap kista periapikal dapat dilakukan, namun jenis tindakannya tergantung pada seberapa parah kerusakan gigi akibat kista, seberapa parah kistanya serta seberapa luas kerusakan tulang yang terjadi akibat kista.

Beberapa orang tidak memerlukan pembedahan untuk mengangkat kista, namun dokter akan melakukan terapi dekompresi dan saluran akar. Tetapi jika kista sudah membesar, dokter akan melakukan tindakan operasi.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan hanya sebatas menjaga kesehatan gigi secara teratur, pastikan gigi Anda selalu bersih dan sehat yaitu dengan menyikat gigi secara teratur sebanyak 2 kali dalam sehari, hindari konsumsi makanan atau makanan yang dapat merusak gigi serta mengunjungi dokter gigi setidaknya 6 bulan sekali.

Namun jika kista periapikal yang timbul akibat dari pertumbuhan gigi yang abnormal, tentu hal ini tidak dapat dicegah.

Sahabat Medisqu, melihat bahwa kista periapikal tidak disertai gejala (asimtomatik) saat awal perkembangan dan tidak ada pencegahan yang pasti, penting bagi Anda untuk menjaga kesehatan gigi dan rutin melakukan pemeriksaan ke dokter gigi. Sehingga ketika ada masalah gigi yang memiliki kemungkinan mengembangkan kista periapikal, Anda sudah terlebih dahulu melakukan perawatan dan pencegahan secara maksimal.

 

 

Kenali Bruxism, Penyebab dan Cara Mengobati

Bruxism atau menggeretakkan gigi merupakan sebuah gangguan yang terjadi saat tidur, gangguan ini dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan gigi Anda karena bruxism membuat gigi saling menggesek dan beradu sehingga membuat gigi terkikis.

Bruxism ini juga mempengaruhi pergerakkan rahang Anda, ketika rahang bergerak maka gigi Anda mulai bergesekkan satu sama lain.

Orang yang mengalami bruxism tentunya tidak sadar mereka mengalami hal ini, karena bruxism terjadi saat seseorang sedang terlelap atau ketika seseorang sedang berada dalam tekanan dan tegang.

Bruxism sendiri lebih sering terjadi pada anak – anak, remaja hingga orang dewasa muda dibandingkan dengan orang dengan lanjut usia.

Penyebab Bruxism

Ada beberapa hal yang bisa memicu bruxism, seperti akibat rasa marah, cemas atau stres hingga takut dan tertekan akibat suatu kondisi yang sedang dialami.

Penyebab selanjutnya yaitu akibat gangguan tidur lain seperti sleep apnea atau mendengkur. Ketika seseorang mendengkur, pernapasan mereka terganggu dan resiko mengalami bruxism menjadi lebih tinggi.

Tidak hanya itu, gaya hidup juga bisa meningkatkan resiko bruxism, diantaranya konsumsi alkohol, merokok dan konsumsi kafein berlebihan.

Lebih lanjut, kondisi gigi Anda juga memicu bruxism, seperti gigi yang tanggal atau bengkok. Untuk itu jika Anda memiliki gigi yang tanggal, menggunakan gigi palsu adalah pilihan yang tepat. Sedangkan mengatasi gigi bengkok, Anda bisa menggunakan kawat gigi, invisalign dan metode lain yang memiliki fungsi serupa.

Gejala

Orang dengan bruxism umumnya tidak mengalami gejala, namun beberapa orang lain yang sudah cukup lama mengalami bruxism akan merasakan beberapa gejala seperti sakit kepala, sakit wajah, sakit leher hingga gigi menjadi rusak akibat gesekan.

Sakit leher terjadi karena adanya penegangan otot – otot saat bruxism sedang terjadi. Sedangkan sakit kepala atau wajah muncul akibat gejala potensial lain.

Gemeretak atau pergesekan antar gigi juga biasanya tidak terjadi setiap malam, ini bisa saja terjadi beberapa kali dalam seminggu atau sebulan. Dengan kata lain, frekuensi bruxism untuk setiap orang tidak konsisten.

Bruxism juga lebih sering terjadi pada awal siklus tidur, sehingga jarang terjadi pada saat Anda terlelap cukup dalam atau tidur nyenyak.

Penanganan

Ada beberapa pilihan cara untuk mengatasi bruxism, hal ini tergantung pada apa yang menjadi penyebab bruxism. Diantaranya seperti penggunaan pelindung mulut saat tidur, latihan relaksasi hingga terapi.

Penggunaan pelindung mulut bertujuan untuk meredam dan mengurangi bunyi gemeretak atau gesekkan antar gigi, ini juga dapat mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan gigi lebih lanjut.

Sedangkan terapi dapat dilakukan ketika stres yang menjadi penyebab bruxism. Umumnya terapi yang dilakukan yaitu terapi perilaku kognitif atau CBT.

Cobalah untuk menenangkan diri sebelum pergi ke tempat tidur, lakukan yoga atau teknik pernapasan dan mendengarkan musik yang menenangkan agar tidur malam Anda berkualitas dan nyenyak.

Sedangkan jika bruxism sudah memberikan efek negatif terhadap gigi seperti gigi tidak rata atau patah, dokter akan memberikan perawatan untuk membuat bentuk gigi Anda kembali menjadi normal, misalnya menggunakan penambalan, overlay atau mahkota gigi.

Komplikasi

Jika dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan, bruxism dapat menyebabkan nyeri otot, radang sendi pada sendi temporomandibular dan disfungsi sendi.

Sedangkan dampak buruk bagi gigi, yaitu bisa menyebabkan gigi menjadi rusak, seperti retak, menjadi tumpul, gigi sensitif hingga patah. Namun kerusakan gigi umumnya terjadi pada tingkat bruxism yang cukup parah.

Untuk itu jika Anda mengalami bruxism, pastikan segera melakukan pemeriksaan dengan dokter gigi. Nantinya dokter gigi Anda akan mencari tahu penyebab dan melakukan penanganan sesuai penyebabnya.

Sahabat Medisqu, penting bagi Anda untuk menjaga gaya hidup sehat guna mencegah bruxism yang lebih parah, seperti menjauhi rokok dan konsumsi alkohol. Pastikan Anda juga mengurangi konsumsi kafein baik dari teh, kopi atau minuman lain.

Selanjutnya selalu lakukan pemeriksaan secara rutin ke dokter gigi, jika gigi Anda bermasalah dokter akan langsung melakukan penanganan yang tepat.

 

Referensi:

https://www.sleepfoundation.org/articles/teeth-grinding

https://www.nhs.uk/conditions/teeth-grinding/treatment/

https://www.medicalnewstoday.com/articles/190180#prevention

 

Sakit Perut Tidak Biasanya, Kenali Radang Usus Buntu

Sakit perut dapat dialami oleh siapa saja, ini juga dapat terjadi kapan saja dan disebabkan oleh banyak hal. Sakit perut bisa terjadi karena kondisi ringan dan tidak serius, sehingga terkadang tanpa penanganan pun sakit perut dapat hilang dengan sendirinya.

Namun beberapa sakit perut bisa menjadi pertanda adanya kondisi kesehatan yang lebih serius, salah satunya radang usus buntu, itu terjadi ketika usus buntu Anda membengkak. Ini merupakan masalah kesehatan umum yang dapat menyerang siapa saja, namun lebih sering terjadi pada orang diatas usia 10 hingga 30 tahun.

Usus buntu atau Apendiks merupakan sebuah tabung jaringan yang memiliki panjang sekitar 5 hingga 10 cm, ini terletak memanjang dari usus besar di sisi kanan bawah tubuh Anda. Usus buntu terhubung ke usus besar tempat dimana kotoran terbentuk.

Lalu apa sih penyebab radang usus buntu?

Penyebab Radang Usus Buntu

Radang usus buntu terjadi ketika adanya pembengkakan atau infeksi pada usus buntu. Penyumbatan tersebut dapat terjadi karena adanya penumpukan lendir, parasit atau kotoran kita.

Beberapa lainnya terjadi akibat infeksi saluran pernapasan bagian atas yang menyebabkan kelenjar getah bening di dalam dinding usus membengkak. Ketika bengkak didiamkan dalam waktu yang lama tanpa penanganan, maka lama – lama usus bisa pecah.

Gejala Radang Usus Buntu

Radang usus buntu umumnya memiliki gejala yang hampir sama pada setiap orang, seperti timbulnya rasa sakit perut di area tengah dekat dengan pusar. Namun lama – kelamaan sakit menjalar ke area bawah perut bagian kanan, yaitu tempat usus buntu berada.

Rasa sakit yang muncul semakin lama akan semakin parah dan konstan jika tidak mendapatkan penanganan segera, terlebih radang usus buntu yang menyerang sudah masuk kedalam tahap yang lebih parah.

Selain itu, ada beberapa gejala lainnya seperti demam, mual, muntah, selera makan menurun, kesulitan buang gas hingga sembelit.

Diagnosis Radang Usus Buntu

Mendiagnosis orang apakah mereka mengalami radang usus buntu atau tidak, itu memerlukan tahapan khusus, terkadang seseorang memiliki gejala yang berbeda bahkan tidak umum, sehingga dokter memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Beberapa langkah diagnosisnya seperti CT scan, pemeriksaan rektal, tes darah hingga USG.

Pengobatan

Usus buntu merupakan kondisi darurat medis yang perlu mendapatkan penanganan segera, jika tidak tentu ini akan memperparah kondisi Anda serta dapat menimbulkan komplikasi kesehatan lain. Pengobatan atau penanganannya tergantung pada tingkat keparahanradang usus buntu Anda.

Umumnya dokter akan membuang usus buntu Anda melalui operasi apendiktomi, diketahui bahwa usus buntu tidak memiliki fungsi yang sangat penting, sehingga membuang usus buntu tidak memberikan efek negatif yang terlalu besar di kemudian hari.

Namun jika terdapat abses yang diakibatkan oleh pecahnya usus buntu, tentu dokter akan membersihkan abses terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan operasi.

Pencegahan

Karena belum dapat diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab radang usus buntu, maka pencegahan juga akan sulit dilakukan. Namun Anda bisa mencoba untuk melakukan gaya hidup yang sehat seperti olahraga dan selalu konsumsi makanan tinggi serat setiap hari. Diketahui bahwa orang yang lebih sering makanan berserat resiko terserang radang usus buntunya menjadi lebih rendah.

Komplikasi

Radang usus buntu yang tidak segera mendapatkan penanganan ini akan memberikan dampak buruk bagi tubuh, setidaknya Anda bisa mengalami komplikasi seperti :

Peritonitis / Usus Buntu Pecah

Ketika usus buntu Anda pecah, maka seluruh bagian dalam perut Anda dapat terserang bakteri, inilah yang disebut dengan peritonitis,

Hal tersebut dapat merusak organ dalam Anda.

Orang yang mengalami peritonitis umumnya mengalami beberapa gejala seperti sakit perut yang parah terus menerus, sesak nafas, detak jantung cepat hingga demam.

Abses

Abses atau nanah terbentuk di sekitar usus buntu yang pecah, nanah tersebut terbentuk ketika tubuh berusaha untuk melawan infeksi yang sedang terjadi akibat pecahnya usus.

Untuk menangani abses, ada 2 pilihan cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan konsumsi antibiotik atau mengeluarkan nanah dari abses. Hal tersebut tergantung pada kondisi pasien.

 

Hindari Mimisan, Kenali Penyebabnya dan Jangan Panik

Hampir setiap orang tentu pernah mengalami mimisan, baik mimisan yang terjadi saat masih kecil atau berlanjut hingga dewasa. Mimisan memang merupakan hal yang umum terjadi, ini biasanya bukan pertanda adanya masalah kesehatan yang serius, namun beberapa lainnya bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan.

Hidung memiliki banyak pembuluh darah yang sangat rapuh, itulah mengapa beberapa orang sangat mudah mengalami mimisan.

Namun selain itu, ada beberapa penyebab mimisan yang perlu Anda ketahui agar Anda bisa melakukan pencegahan. Terlebih jika Anda tipe orang yang sangat sering mengalami mimisan. Usahakan untuk tidak panik saat mimisan terjadi dan segera cari tahu penyebab dan cara mengatasinya.

Berikut beberapa penyebab mimisan yang umum terjadi :

Udara Kering

Udara yang kering dan panas dan memicu terjadinya mimisan. Udara sekitar yang terlalu kering dapat membuat selaput hidung Anda kering, itulah mengapa Anda akan lebih mudah mengalami mimisan.

Cedera/Hidung Patah

Cedera bisa terjadi ketika Anda terjatuh pukulan atau olahraga, ini membuat hidung Anda retak atau patah. Dengan begitu mimisan juga akan lebih mudah terjadi.

Sinusitis Akut

Sinusitis terjadi akibat adanya peradangan pada rongga di sekitar hidung. Ini membuat terjadinya penumpukan lendir dan kesulitan bernapas.

Selain itu, ada beberapa kondisi lain yang dapat meningkatkan resiko mimisan, seperti :

  • Gangguan darah/ Hemofilia
  • Tekanan Darah Tinggi
  • Masalah pada pembuluh darah dan pembekuan darah
  • Arteri yang mengeras
  • Rinitis Non Alergi
  • Leukimia
  • Tumor Hidung
  • Mengorek Hidung
  • Infeksi Saluran Pernapasan
  • Konsumsi Aspirin Dosis Tinggi

Cara mengatasi mimisan

Untuk mengatasi mimisan dan menghentikan perdarahannya, Anda bisa melakukan beberapa cara mudah di rumah. Pastikan Anda untuk tetap duduk atau berdiri tegak, selanjutnya jepit hidung dengan jari tangan. Pastikan wajah Anda tidak menunduk.

Selain itu, Anda sebaiknya bernapas melalui hidung terlebih dahulu agar darah tidak terus mengalir melalui hidung.

Sahabat Medisqu, jika mimisan Anda tidak berhenti dalam waktu lebih dari 20 menit dan darah yang keluar semakin banyak, pastikan untuk segera mencari pertolongan medis. Jika dibiarkan terlalu lama, dikhawatirkan Anda akan kehilangan banyak darah dan menimbulkan komplikasi masalah kesehatan lain.

Pencegahan juga perlu Anda lakukan, misalnya seperti menjaga suhu sekitar agar tetap lembab dan tidak mengorek hidung terlalu dalam. Untuk menjaga kelembapan suhu, Anda dapat menggunakan pelembap ruangan seperti humidifier.

Selanjutnya bagi Anda yang cukup sering mengalami mimisan, pastikan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter agar segera dapat diketahui penyebabnya. Mengingat beberapa penyebab mimisan yaitu akibat kondisi medis atau masalah kesehatan tertentu.

 

Herpes Zoster

Herpes zoster atau cacar ular merupakan infeksi virus yang disebabkan oleh Virus Varicella Zoster (VZV), ini merupakan virus yang sama yang menjadi penyebab cacar air.

Misalnya Anda pernah terkena cacar air, lalu virus tersebut tetap ada dalam tubuh, biasanya virus varicella zoster berpindah dan berdiam diri di jaringan saraf dekat sumsum tulang belakang selama bertahun – tahun, ketika muncul kembali, itulah yang menyebabkan herpes zoster.

Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan virus varicella zoster bangun kembali dan menyebabkan herpes zoster.

Virus ini sangat jarang terjadi berulang kali, seperti cacar, umumnya orang akan mengalami herpes zoster satu kali saja. Namun tidak menutup kemungkinan virus akan menyerang kembali di titik tubuh yang berbeda.

Gejala Herpes Zoster

Meskipun dari virus yang sama, cacar air dan cacar ular memiliki gejala yang berbeda. Herpes zoster menimbulkan ruam merah dan bintik pada permukaan kulit yang disertai dengan rasa perih dan panas seperti terbakar.

Terkadang gejala yang timbul cukup parah hingga dapat menghambat aktivitas sehari – hari dan waktu tidur. Rasa sakit yang kadang tidak tertahankan dapat muncul karena adanya saraf yang ikut terlibat, bukan karena ruamnya.

Ruam merah dan bintil berisi cairan biasanya hanya timbul di satu bagian tubuh saja, ini lebih umum terjadi di dada, leher, mulut, telinga, punggung, perut, area wajah hingga pinggang. Munculnya ruam akan berbeda – beda untuk setiap orang.

Selain ruam, beberapa orang juga akan merasakan gejala lain seperti demam, tubuh menggigil hingga sakit kepala.

Bahkan beberapa kasus, virus varicella zoster ini dapat menyerang organ dalam manusia.

Karena herpes zoster juga dapat menyerang organ dalam, ini akan menimbulkan gejala yang berbeda. Misalnya ketika virus herpes menyerang organ pencernaan, ini akan meningkatkan resiko disfungsi saluran cerna. Sedangkan jika virus menyerang otak, maka itu bisa meningkatkan resiko stroke dan demensia.

Orang Beresiko

Ada beberapa orang yang lebih beresiko mengalami herpes zoster, diantaranya seperti :

  • Orang dengan penyakit kanker, HIV dan penyakit kronis lain
  • Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah
  • Orang dengan usia diatas 50 tahun
  • Orang yang sedang dalam tekanan psikis atau fisik

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang pasti untuk herpes zoster, namun dokter akan merekomendasikan beberapa jenis obat dengan tujuan meringankan gejala, seperti meringankan rasa sakit di sekitar area ruam.

Anda juga bisa mengompres bagian ruam dengan menggunakan air dingin agar rasa sakit dapat berkurang. Pastikan Anda juga menggunakan pakaian yang berbahan halus dan lembut agar ruam dan bintil berisi cairan tidakk tergesek keras oleh bahan pakaian Anda.

Setidaknya herpes zoster akan berlangsung selama 2 minggu, selanjutnya bintil berisi air akan mengering dan perlahan sembuh. Namun beberapa orang masih merasakan sakit di sekitar area bekas ruam hingga berbulan bulan bahkan bertahun – tahun, itu dapat disebut juga dengan neuralgia postherpetic.

Penularan

Apakah herpes zoster menular? Virus herpes zoster dapat menular lewat cairan lepuh yang terbentuk. Ketika seseorang mengidap herpes zoster maka orang lain yang tertular tidak mengembangkan herpes zoster juga, namun virus varicella akan menyebabkan cacar bagi orang yang terkena percikan cairannya.

Penularan juga terjadi karena sentuhan langsung dan paparan cairan dari bintil yang melepuh. Intinya herpes zoster bukan penyakit menular, karena reaksi penularannya berbeda.

Pencegahan

Tidak ada cara pasti yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit herpes zoster, namun bagi Anda yang pernah mengalami cacar, pastikan untuk selalu menjaga kekebalan tubuh Anda dengan baik.

Jika Anda tidak menjaga kekebalan tubuh dengan baik, ini akan membangunkan virus varicella zoster yang masih bersembunyi didalam tubuh.

Selanjutnya bagi Anda yang sedang mengalami herpes zoster, pastikan menutup ruam dan bintil berisi cairan serta hindari untuk menyentuh ruam dan cairan didalamnya. Pastikan untuk mencuci tangan secara teratur agar cairan ruam tidak menyebar kepada orang lain.

Selain itu, bagi Anda yang pernah mengalami herpes zoster sebelumnya dan orang dengan usia diatas 50 tahun, Anda bisa mendapatkan vaksin agar herpes zoster tidak menyerang Anda lagi.

Vaksin yang umum digunakan seperti vaksin Shingrix dan Zostavax. Diketahui vaksin tersebut dapat mencegah herpes zoster sebanyak 90%.

Komplikasi

Herpes zoster jarang menimbulkan komplikasi, namun ada beberapa komplikasi yang patut Anda waspadai karena sewaktu – waktu bisa menyerang Anda, jika penanganan terhadap herpes zoster tidak tepat atau terlambat.

Diantaranya seperti :

  • Radang paru – paru
  • Gangguan pendengaran
  • Radang otak atau sumsum tulang belakang
  • Kerusakan mata (jika ruam dan bintil berisi cairan muncul dekat mata)
  • Infeksi bakteri pada kulit
  • Sindrom Ramsay Hunt (jika herpes mempengaruhi saraf kepala)
  • Dan kelumpuhan parsial

 

 

 

Perut Kembung

Perut kembung adalah kondisi di mana seseorang merasakan sensasi penuh pada perut, membuat perut tidak nyaman dan terasa nyeri. Seseorang yang mengalami perut kembung lebih sering bersendawa atau kentut, hal ini terjadi karena saluran pencernaan terisi udara atau gas berlebih.

Adapun beberapa gejala lain yang dapat muncul secara bersamaan dengan perut kembung, yaitu:

  • Diare
  • Perut terasa sangat nyeri
  • Frekuensi buang air besar berubah
  • Tinja berdarah
  • Berat badan menurun
  • Nyeri dada
  • Nafsu makan berkurang

Jika Anda merasakan gejala-gejala tambahan di atas, segera temui dokter. Hal itu bisa jadi tanda bahwa Anda menderita kondisi serius, seperti:

  • Penyakit Crohn
  • Diverkulitis
  • Kanker lambung
  • Kanker usus besar
  • Kanker hati
  • Kanker pankreas
  • Kanker rahim
  • Kanker ovarium
  • Penyakit radang panggul

Penyebab Perut Kembung

Perut kembung umumnya merupakan dampak dari banyaknya gas atau udara di dalam perut. Makan terlalu cepat, sering mengunyah permen karet, mengonsumsi minuman bersoda merupakan beberapa penyebab banyaknya gas atau udara di dalam perut.

Selain itu, perut kembung juga dapat disebabkan oleh faktor lain, yakni:

  • Makan terlalu banyak
  • Sering mengonsumsi makanan berlemak
  • Sembelit
  • Merokok
  • Mengonsumsi minuman beralkohol

Perut kembung juga bisa jadi dampak dari suatu kondisi yang diderita. Beberapa di antaranya adalah:

  • Tubuh tidak bisa memroses gula yang terkandung pada makanan yang dikonsumsi (intoleransi laktosa)
  • Penyakit tukak lambung
  • Hernia
  • Infeksi usus
  • Iritasi pada usus (irritable bowel syndrome)
  • Miom
  • Kista pada organ sistem reproduksi wanita (kista ovarium)

Pengobatan Perut Kembung

Perut kembung merupakan kondisi yang umum terjadi. Tetapi, pemeriksaan lanjutan terkadang perlu dilakukan, karena perut kembung bisa jadi merupakan gejala dari penyakit berbahaya.

Jika Anda sering mengalami kembung akibat gas, hindari kebiasaan yang meningkatkan jumlah udara yang Anda telan ini.

  • Minum melalui sedotan
  • Mengunyah permen karet
  • Kebiasaan minum minuman berkarbonasi
Carilah pil atau cairan yang mengandung alpha-D-galactosidase, enzim yang memecah gula yang tidak dapat dicerna dalam kacang-kacangan dan sayuran. Tablet atau kapsul yang mengandung simetikon juga dapat membantu meringankan gejala gas berlebih.
Jika Anda seorang perokok, gangguan usus mungkin menjadi satu lagi alasan untuk berhenti. Merokok telah dikaitkan dengan kembung, mulas, dan masalah pencernaan lainnya.
Untungnya, kembung jarang menjadi gejala masalah serius. Bagi kebanyakan orang, cara paling ampuh mengatasi kembung yang paling efektif adalah sederhana:
  • Mengontrol ukuran porsi makan
  • Mengurangi makanan berlemak
  • Makan dengan perlahan

Jika perut kembung tidak juga mereda setelah melakukan beberapa cara di atas, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Batu Ginjal

Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan batu atau semacam kerikil yang terbentuk didalam ginjal. Pembentukan batu tersebut terjadi akibat penumpukan atau endapan garam dan beberapa jenis mineral lainnya.

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah, serta mengeluarkan limbah atau racun dari dalam tubuh. Racun dan kotoran dari ginjal Anda yaitu berupa urin. Nah ketika tubuh Anda memiliki banyak kotoran dan limbah serta tubuh kekurangan cairan, hal itulah yang dapat memicu endapan batu pada ginjal.

Batu ginjal sebenarnya dapat terbentuk dimana saja. Misalnya bisa terbentuk pada ureter, uretra, ginjal dan kandung kemih.

Di Indonesia sendiri, masalah batu ginjal ini lebih banyak dialami oleh orang dengan usia lanjut, yaitu diatas usia 60 tahun. Namun tidak menutup kemungkinan orang dengan usia yang lebih muda dapat mengembangkan penyakit ini.

Jenis Batu Ginjal

Batu ginjal memiliki beberapa jenis, diantaranya batu ginjal kalsium, asam urat, batu struvite dan batu sistin.

Batu ginjal kalsium terjadi ketika Anda terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti kacang – kacangan dan cokelat, batu ginjal yang terbentuk akibat asam terjadi ketikan urin Anda terlalu asam karena konsumsi berlebih terhadap daging, ikan dan kerang.

Sedangkan batu struvite terbentuk akibat infeksi ginjal dan batu sistin terjadi akibat kelainan genetik cystinuria, yaitu terjadi ketika asam bocor dari ginjal kedalam urin.

Gejala

Saat ukuran batu masih sangat kecil dan posisinya belum berpindah ke ureter, umumnya seseorang tidak merasakan gejala apapun. Namun jika ukuran batu semakin besar dan berpindah ke ureter ada beberapa gejala yang mungkin akan dirasakan, seperti :

Berkurangnya volume atau jumlah urin

Rasa sakit dan panas ketika buang air kecil

Mual dan Muntah

Buang air kecil yang lebih sering

Demam jika ada infeksi

Rasa sakit disekitar selangkangan

Rasa sakit di area punggung dan sekitar tulang rusuk

Warna urin berubah menjadi cokelat dan berbau

Penyebab Batu Ginjal

Batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya akibat urin Anda mengandung terlalu banyak mineral dan zat tertentu seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Lama kelamaan mineral membentuk kristal kecil dan semakin membesar jika tidak segera ditangani.

Selain itu, volume urin yang rendah selama beberapa waktu juga bisa menjadi pemicunya. Hal ini diakibatkan oleh dehidrasi berat, yaitu akibat kerja hingga berkeringat berlebihan.

Penyebab selanjutnya yaitu akibat makanan tinggi garam, penyakit usus, kandungan asam yang tinggi pada tubuh hingga obesitas atau berat badan berlebih.

Diagnosis

Untuk mengetahui apakah memiliki batu ginjal atau tidak, Anda perlu melakukan test X-Ray atau CT scan. X-Ray digunakan untuk melihat keberadaan batu ginjal, sedangkan CT scan digunakan untuk melihat ukuran batu dan dimana lokasi tepatnya.

Cara Mengobati

Batu ginjal memiliki banyak jenis dan warna, untuk itu penanganan batu ginjal juga berbeda – beda, hal tersebut berdasarkan ukuran, berapa lama batu terbentuk dan jenis batu ginjal apa yang Anda miliki.

Jika batu ginjal Anda berukuran sagat kecil, biasanya Anda tidak perlu mendapatkan perawatan khusus. Anda hanya disarankan untuk menunggu selama 6 minggu hingga batu tersebut keluar sendiri bersama dengan urin.

Namun jika batu sudah berukuran cukup besar disertai dengan rasa tidak nyaman dan sakit, penanganan lebih lanjut sangat diperlukan.

Penanganan pertama dokter mungkin terlebih dahulu akan merekomendasikan obat agar batu dalam ginjal Anda dapat keluar dengan mudah. Jika batu terlalu besar dan rasa sakit yang muncul tidak dapat ditahan, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk operasi.

Ukuran batu yang terlalu besar juga dapat menghalangi jalannya urin untuk keluar, tentu ini dapat membahayakan kesehatan Anda serta dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya yang lebih parah.

Pencegahan

Konsumsi Cairan yang Cukup

Salah satu penyebab terbentuknya batu ginjal adslah kurangnya cairan, untuk itu pastikan konsumsi air minum dengan cukup, setidaknya 2 hingga 3 liter setiap hari. Namun banyaknya asupan cairan juga tergantung dari rekomendasi dokter dan cuaca. Jika Anda lebih banyak beraktivitas saat cuaca panas, pastikan untuk minum air lebih banyak dan sering.

Batasi Makanan Tinggi Kalsium dan Garam

Kalsium memang penting untuk kesehatan tulang, namun jika Anda terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, justru ini bisa membuat Anda beresiko mengembangkan batu ginjal.

Konsumsi garam berlebih juga tidak baik untuk kesehatan ginjal Anda, untuk itu kurangi konsumsi makanan dengan rasa yang asin seperti keju, makanan olahan seperti frozen food, roti dan beberapa makanan cepat saji.

Konsumsi Buah dan Sayur

Konsumsi buah dan sayur yang cukup dapat menutrisi tubuh dan mencegah pembentukan batu lebih lanjut.

Sahabat Medisqu, batu ginjal ini juga dipengaruhi oleh genetik, sehingga Anda yang memiliki orang tua dengan masalah batu ginjal, pastikan untuk lebih cermat dalam mengkonsumsi makanan tertentu serta penuhi asupan cairan dengan baik. Jika Anda kurang waspada, maka akan sangat bagi Anda untuk terserang batu ginjal.

Asma

Asma merupakan masalah pernapasan yang terjadi ketika saluran udara menyempit, sehingga mengurangi oksigen keluar dan masuk ke paru – paru. Hal tersebut terjadi karena lapisan saluran bronkial dan otot di sekitarnya membengkak.

Akibatnya ketika asma menyerang, seseorang akan kesulitan bernapas dan mengeluarkan bunyi mengi.

Penyakit ini merupakan kondisi kronis paling umum yang cukup banyak dialami. Asma biasanya pertama kali muncul di masa kanak – kanak, namun beberapa kasus, baru muncul ketika seseorang memasuki usia dewasa.

Meskipun begitu, asma merupakan penyakit yang tidak menular, sehingga jika Anda memiliki kerabat atau teman dengan asma, Anda tidak perlu khawatir tertular.

Asma memiliki beberapa jenis, hal ini dikategorikan berdasarkan pemicu atau alergennya. Asma paling umum yaitu asma bronkial yang mempengaruhi paru – paru. Jenis lainnya seperti asma alergi, asma non alergi, okupasional, nokturnal, asma olahraga, COPD dan asma orang dewasa.

Setiap orang memiliki tingkat keparahan asma yang berbeda, ada yang ringan hingga berat. Jika asma sudah parah, hal tersebut bisa sampai menghambat aktivitas harian Anda.

 

Penyebab Asma

Asma dapat muncul dan kambuh akibat beberapa hal, mulai dari faktor luar dan dalam, diantaranya diakibatkan oleh :

  1. Debu dan Tungau

Lingkungan sekitar tempat tinggal juga bisa menjadi pemicu kambuhnya asma. Tempat atau lingkungan dengan banyak paparan zat dan partikel tertentu, bisa memicu asma Anda kambuh.

Misalnya Anda tinggal di ruangan atau rumah yang kurang bersih dan banyak terdapat debu, maka debu yang terhirup orang dengan asma akan menghambat pernapasan dan memicu kekambuhan.

Tidak hanya itu, alergen lain seperti tungau dan bulu hewan di sekitar Anda juga dapat memicu asma.

  1. Polusi dan Asap

Polusi udara juga bisa menjadi pemicu, hal ini rentan bagi Anda yang memiliki penyakit asma dan sering melakukan perjalan jarak jauh menggunakan kendaraan.

Selanjutnya asap, selain asap pembakaran,, asap rokok juga bisa menjadi pemicu kambuhnya asma. Pastikan untuk menjauhi orang yang sedang merokok di sekitar Anda.

  1. Udara Dingin

Asma juga dapat dipicu oleh udara dingin, pastikan Anda untuk menjaga tubuh tetap hangat jika sedang berada di tempat yang dingin. Anda bisa menggunakan baju tambahan atau mengkonsumsi minuman hangat.

  1. Genetik

Ketika Anda memiliki asma, ada kemungkinan orang tua Anda juga memilikinya. Begitu juga akan berpengaruh pada keturunan di masa depan. Ada kemungkinan anak Anda mendapatkan penyakit ini. Tentunya asma akibat genetik ini tidak dapat dicegah.

Gejala

Gejala yang dirasakan setiap orang dengan asma berbeda – beda, beberapa gejala yang mungkin timbul seperti sesak napas, nyeri dada, timbul suara mengi saat bernapas, batuk, dan keluarnya cairan dari hidung.

Bagi orang dengan asma yang lebih parah, ini bisa mengganggu waktu tidur karena mereka akan kesulitan bernapas dan bisa terjaga sepajang malam akibat hal ini.

Pengobatan dan Pencegahan

 

Asma merupakan penyakit kambuhan yang bisa datang dan hilang, sehingga tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan asma, namun Anda bisa melakukan beberapa cara untuk mencegah kambuhnya asma.

Pastikan untuk menjaga lingkungan yang bersih, selalu bersihkan tempat tinggal dan kerja Anda secara rutin. Hilangkan debu yang mungkin menempel di sekitar Anda dan benda – benda yang sering Anda gunakan.
Selanjutnya pastikan untuk tidak memelihara binatang yang memiliki bulu, bulu hewan bisa memicu asma Anda kambuh.

Hindari tempat yang terlalu dingin dan gunakan masker agar polusi tidak terhirup ketika Anda akan bepergian jauh.
Jika Anda memiliki asma yang cukup parah, Anda bisa mengkonsumsi obat tertentu untuk mencegah gejala menjadi lebih parah. Jangan lupa juga untuk membawa inhaler kemanapun Anda pergi.
Selanjutnya Anda bisa mencegah asma bertambah parah dengan melakukan latihan pernapasan, latihan ini dapat membantu meningkatkan kapasitas paru – paru. Namun konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda sebelum melakukan beberapa pencegahan tersebut.

 

Referensi
Asthma. Diakses pada 2020. World Heath Organization
Asthma. Diakses pada 2020.healthline
 

Disclaimer: informasi dari medisqu tidak menggantikan nasihat medis. Selalu konsultasikan ke dokter Anda sebelum melakukan tindakan lebih lanjut.

Exit mobile version